Friday, January 3th, 2025 - Tim Encyclopedia Celia
Tahun Baru itu momen yang penuh harapan, sebuah lembaran kosong yang siap diisi. Tapi, sebelum kita ngegas ke depan, ada baiknya kita berhenti sejenak untuk menengok ke belakang. Setiap tahun selalu bawa berbagai pengalaman, baik itu suka cita yang membuncah atau duka lara yang menguras tenaga. Semuanya adalah bagian dari perjalanan kita. Nah, artikel ini bakal ngebahas gimana cara kita mengucapkan selamat tinggal pada tahun yang telah berlalu dengan penuh rasa syukur, biar kita bisa menyambut Tahun Baru nanti dengan hati yang lebih ringan, tenang, dan siap.
Secara psikologis, manusia butuh ritual penutupan untuk bisa melangkah maju. Ini kayak nutup buku lama sebelum buka buku yang baru. Dengan merangkul dan menghargai apa yang sudah terjadi, kita bisa melepaskan beban, belajar dari kesalahan, dan mempersiapkan diri untuk babak kehidupan yang lebih baik. Yuk, kita mulai proses refleksi yang menenangkan ini!
Menutup tahun dengan rasa syukur itu powerful banget. Ini bisa ngasih perspektif positif tentang semua perjalanan yang sudah kamu lalui, bahkan di tengah badai sekalipun. Luangkan waktu sejenak, bisa dengan nulis di jurnal atau sekadar merenung, untuk membuat daftar sederhana ini:
Enggak peduli seberapa kecil, setiap pencapaian layak dirayakan. Mungkin kamu berhasil menyelesaikan buku yang udah lama mangkrak, memulai kebiasaan baik, atau sukses menghadapi deadline yang mepet. Setiap langkah maju adalah bukti kerja kerasmu.
Contoh : "Saya bersyukur akhirnya bisa menamatkan serial drama yang udah saya tonton berulang kali (dan belajar sedikit bahasa asing darinya!)" atau "Saya bangga bisa konsisten olahraga tiga kali seminggu selama enam bulan ini."
Pikirkan orang-orang yang ada di sampingmu. Siapa yang bikin kamu tersenyum? Siapa yang selalu ada saat kamu butuh sandaran? Bersyukur atas kehadiran mereka akan menguatkan ikatanmu.
Contoh : "Saya berterima kasih banget karena bisa menghabiskan lebih banyak waktu berkualitas bersama keluarga, ngobrol dari hati ke hati," atau "Dukungan dari sahabatku di saat-saat sulit benar-benar berarti."
Kadang, momen tersulit justru jadi guru terbaik. Tantangan itu bikin kita tumbuh dan belajar hal baru tentang diri sendiri dan dunia.
Contoh : "Meskipun sempat gagal di proyek A, saya belajar pentingnya persiapan matang dan kerja sama tim yang solid," atau "Pengalaman patah hati tahun ini mengajarkan saya tentang kekuatan diri dan arti melepaskan."
Tantangan memang seringkali terasa berat dan menyakitkan saat kita menghadapinya. Tapi, setelah melewati itu, kita akan sadar betapa banyak pelajaran berharga yang bisa kita petik. Ini tentang mengubah mindset dari "mengapa ini terjadi padaku?" menjadi "apa yang bisa kupelajari dari ini?".
Identifikasi Tantangan Terbesar: Tuliskan satu atau dua tantangan terbesar yang kamu alami di tahun ini. Jangan takut untuk jujur pada dirimu sendiri tentang kesulitan tersebut.
Renungkan Pelajaran Berharga: Setelah itu, renungkan: Apa yang kamu pelajari dari situasi tersebut? Bagaimana tantangan itu membentukmu menjadi pribadi yang lebih kuat, lebih bijaksana, atau lebih tangguh?
Contoh: "Tahun ini, saya belajar bahwa meminta bantuan tidak membuat saya lemah, tetapi justru menunjukkan keberanian dan kebijaksanaan untuk mengenali batasan diri," atau "Kehilangan pekerjaan memaksa saya untuk belajar skill baru dan akhirnya menemukan passion di bidang yang berbeda." Tantangan itu bukan cuma hambatan, tapi jembatan menuju versi dirimu yang lebih baik.
Dalam mitologi Batak Toba, dunia pada awalnya adalah samudra tak berujung. Dari dunia atas, seorang putri bernama Siboru Deak Parujar turun ke bumi dan terjebak di dalam lautan tersebut. Ia tidak bisa kembali ke langit, sehingga memohon pertolongan.
Seekor naga memberikan tanah kepadanya. Tanah itu kemudian ia sebarkan hingga menjadi daratan yang bisa dihuni. Dari situlah kehidupan manusia bermula.
Kisah ini mengajarkan bahwa bumi adalah anugerah yang harus dijaga. Kehidupan manusia datang dari langit, tetapi hanya bisa bertahan dengan bantuan bumi dan laut. Dengan kata lain, harmoni antara unsur-unsur alam adalah kunci keberlangsungan hidup.
Selain Batak, banyak kisah serupa muncul di berbagai daerah:
Dayak percaya dunia diciptakan dari telur kosmik yang menetas.
Bali mengenal mitos penciptaan yang berkaitan erat dengan Dewa Wisnu, Siwa, dan Brahma, serta gunung suci sebagai pusat kosmos.
Bugis-Makassar memiliki kisah tentang Batara Guru, yang turun dari langit dan memulai kehidupan manusia.
Semua legenda ini menekankan satu hal: keseimbangan antara manusia, alam, dan dunia spiritual. Bumi tidak pernah dilihat sebagai milik manusia, melainkan ruang hidup bersama yang harus dijaga kesakralannya.
Jika kita membandingkan keempat tradisi ini, tampak bahwa mitologi penciptaan tidak hanya menjelaskan asal-usul kosmos, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai inti dari tiap budaya:
Yunani: dunia lahir dari konflik antar generasi. Tatanan lahir dari perebutan kekuasaan.
Mesir: penciptaan adalah siklus abadi yang menekankan harmoni dan keteraturan.
Nordik: dunia terbentuk dari pengorbanan besar, mengajarkan bahwa kehidupan tidak mungkin hadir tanpa kehilangan.
Nusantara: dunia adalah hadiah dari langit dan bumi, yang hanya bisa bertahan jika manusia hidup selaras dengan alam.
Melalui kisah-kisah ini, kita bisa melihat bagaimana manusia memaknai kosmos sesuai dengan tantangan hidup mereka. Yunani dengan politiknya, Mesir dengan siklus Sungai Nil, Nordik dengan kerasnya iklim, dan Nusantara dengan alam tropis yang penuh keanekaragaman.
Mitos penciptaan dunia adalah cermin budaya. Mereka bukan sekadar cerita kuno, melainkan ekspresi mendalam dari cara manusia memahami dirinya, lingkungannya, dan hubungannya dengan alam semesta.
Dari Yunani dan Mesir, kita belajar bahwa manusia selalu mencari tatanan di tengah kekacauan.
Dari Nordik, kita belajar bahwa kehidupan sering kali lahir dari pengorbanan.
Dari Nusantara, kita belajar bahwa harmoni dengan alam adalah fondasi kehidupan.
Di zaman modern, kita mungkin menjelaskan asal-usul alam semesta dengan teori ilmiah seperti Big Bang. Namun mitos-mitos kuno tetap relevan, bukan karena fakta ilmiahnya, tetapi karena pesan filosofis yang mereka bawa.
Mereka mengingatkan kita bahwa sejak dahulu kala, manusia selalu butuh cerita untuk memahami yang tak terjelaskan. Kisah-kisah penciptaan adalah warisan yang membuat kita sadar bahwa di balik semua perbedaan budaya, ada satu hal yang sama: kerinduan manusia untuk memahami dari mana kita berasal, dan ke mana kita akan kembali.
Selamat Hari Rabu dan Selamat Berjuang :)
~ Fitri ~
You May Also Like